Rabu, 23 Juli 2014

Masa Kecil Dulu dan Kini


Allohaaa!!! Aku mau berbagi tentang masa kecil. Yup berhubung hari ini adalah hari anak nasional, aku mau sedikit membandingkan tentang masa kecil anak jaman sekarang dengan masa kecil anak 10 tahun yang lalu.

Pada sadar gak sih, kalau anak jaman sekarang jarang banget ditemuin di halaman kompleks perumahan? Jarang banget liat anak-anak ngumpul rame-rame, terus bawa satu plastik penuh kartu bergambar atau kelereng? Apalagi kalau bulan puasa gini, rasanya makin jarang liat anak-anak yang rame-rame bareng temannya buat ngumpul di mesjid untuk tarawehan bareng atau untuk sekedar main petasan? Atau sekarang jarang banget gitu dengar suara anak-anak yang lari-larian subuh-subuh sehabis solat subuh berjamaah di mesjid.

Rasanya 10 tahun yang lalu, adalah tahun-tahun paling menyenangkan bagi anak-anak angkatan ku. Yap, 10 tahun yang lalu umur ku masih 6 tahun. Tapi rasanya kami tahu betul bagaimana cara menghabiskan waktu yang paling menyenangkan. Kami tau bagaimana rasanya ngabuburit bareng teman-teman, kami ngerasain yang namanya cabut dari mesjid waktu solat taraweh cuma buat main petasan yang bikin telekung untuk lebaran jadi bolong. Kami juga tau rasanya dimarahin ibuk-ibuk yang merasa tidurnya terganggu gara-gara suara kami di pagi buta. Hal-hal seperti itu adalah hal yang paling menyenangkan.

Manjat pohon jambu tetangga. Buat rumah pohon di atas pohon mangga tetangga. Makan siang di atap rumah bareng teman-teman. Nangkap anak kodok di parit. Main lompat karet, main kartu, main kelereng, main monopoli pakai bedak, main istatak, main cakbur, batu tujuh, kasti, congklak. Banyak lagi kegiatan kecil yang menyenangkan juga bermanfaat. Atau minimal menonton serial kartun yang menyenangkan dirumah bersama teman-teman. Kali ini gue mau bahas tentang kegiatan anak-anak yang mulai ditinggalkan.

  •  Lompat karet.
Permainan yang kalau anak-anak sekarang bilang skipping. Lompat karet ini pada dasarnya sama kayak skipping, cuma alatnya aja yang berbeda. Skipping adalah sebuah tali yang di buat oleh pabrik dan memiliki harga yang cukup mahal, yang digunakan sebagai sarana olahraga lompat. Sedagkan lompat karet ini adalah skipping yang dibuat sendiri oleh anak-anak yang cuma membutuhkan uang 2000 untuk membeli karet lalu di jalin menjadi satu dan jadilah skipping yang ekonomis.

  • Main Kartu, Monopoli dan Kelereng
Permainan ini memang bukan permainan yang membutuhkan banyak gerak fisik, tapi permainan ini membutuhkan banyak strategi untuk dapat memenangakannya. Permainn ini membuat kita berfikir secara cepat dan tepat agar bisa menang, walaupun kemenangannya tidak mendapatkan reward apapun, tapi permainan ini cukup efektif membuat anak bisa berfikir cepat.






  • Kasti

Adalah permainan yang diadaptasi seadanya dari permainan baseball yang sering kami lihat dalam salah satu serial kartun. Permainan ini membutuhkan gerak fisik yang cepat dan perkiraan yang tepat. Kalau salah salah memukul bola atau terlalu pelan dalam berlari, kelompok yang kita mainkan bisa kalah, lalu berubah menjadi pengejar.


  •  Congklak
Permainan yang menggunakan sebuah papan berlubang yang dimainkan oleh dua orang yang menggunakan cangkang kerang sebagai batu dan digulir menurut alurnya. Permainan ini menuntut kita untuk berfikir dan berhitung dengan cepat.





Permainan tadi sangat berbanding terbalik dengan permainan anak-anak jaman sekarang. Anak-anak jaman sekarang bisa memainkan semua permainan tadi dengan gadget yang di berikan orangtuanya. Memang gadget dapat mempercepat daya ingat akan suatu hal. Apalagi dalam hal berbahasa inggris, karena rata-rata permainan yang ada di gadget menggunakan bahasa internasional.

Tapi dibalik itu semua tersimpan banyak sekali keburukan. Anak yang bermain dengan gadget nya akan jadi sangat jarang untuk bergerak melakukan sebuah permainan. Permainan yang ada di gadget nya bisa dimainkan oleh 2 jari saja. Jadi anak menjadi malas dan kurang gerak. Akibatnya akan menjadi buruk bagi pertumbuhan. Kemudian ada yang dinamakan radiasi. Radiasi ini juga berdampak buruk.

Jadi apa salahnya untuk mengurangi waktu bermain dengan gadget tapi menambah waktu bermain yang bersifat merangsang tumbuh kembang daya motorik. Jangan menyalah gunakan teknologi yang dibuat manusia untuk menghancurkan manusia itu sendiri. Jadikan teknologi tersebut sebagai pelengkap dari kemajuan ilmu manusia.

Rindu rasanya melakukan hal-hal itu. Tapi setidaknya dengan melihat anak-anak jaman sekarang bisa bermain mainan tersebut rasanya rasa rindu tersebut bisa sedikit berkurang.

Senin, 21 Juli 2014

Perkenalan atau Pemanfaatan



Apapun yang terjadi dalam hidup, pastilah memiliki sebuah alasan. Baik alasan itu positif maupun negatif. Seperti yang orang-orang bilang. Everything happens for a reason. Termasuk juga dengan sebuah perkenalan. Kata siapa sebuah perkenalan tidak memiliki alasan? Ada saja maksud terselubung dibalik sebuah perkenalan. Ntah itu membuat kita menjadi lebih baik, atau hanya menjadikan kita sebagai alat pemanfaatan?

Hal itulah yang sebenarnya membuatku kurang menyukai perkenalan. Selama hidupku, aku sudah mengalami beribu kali perkenalan. Baik di dunia nyata maupun dunia maya. Tapi hanya sebagian yang memang murni menjadikanku sebagai teman mereka. Sebagian lainnya?  Aku merasa bahwa sebagian lain dari orang yang mengenalku hanya menganggapku sebagai orang yang bisa dimanfaatkan. Baik itu fisik, fikiran, ataupun keuangan. Bukan. Aku bukan bermaksud untuk menggambarkan kalau aku adalah orang yang sempurna, yang pintar ataupun kaya. Aku sama seperti orang biasa lainnya. Tapi entah kenapa, rasanya hampir separuh dari orang yang ku kenal memanfaatkan kehadiranku.

Contohnya temanku disekolah. Aku memiliki teman disekolah karena sebuah perkenalan. Setelah kami saling kenal dan merasa sudah kenal. Hal yang kurasa sebagai pemanfaatan mulai terasa. Misalnya ketika ada tugas, mereka sering memintaku untuk membuatkan pr, atau bahkan mengkopi tugas rumahku. Mereka memanfaatkanku untuk mengamankan nilai mereka. Tapi ketika sedang senang-senang? Huh, jangan pernah berharap kalau aku akan diingat.

Baru-baru ini aku juga merasakan pemanfaatan tersebut. Semua berawal dari perkenalan mendadakku dengan Bayu. Seorang mahasiswa dari Universitas Negeri di Ibukota. Perkenalan itu terjadi ketika dia melakukan sebuah kegiatan di sekolahku – yang juga merupakan sekolahnya 3 tahun lalu. Sepulang sekolah, Bayu mencegatku dan seorang sahabatku yang menuju parkiran sekolah. Pada saat pertama kali bertemu, dia sudah menjalankan aksi pemanfaatan tersebut kepadaku. Dia memintaku untuk membantunya melakukan kegiatan yang akan dilakukannya. Entah kenapa harus aku yang melakukan hal itu. Tapi berhubung dia adalah alumni sekolahku, jadi demi menghormatinya akupun membantunya. Satu pemanfaatan telah terjadi.

Aku fikir, setelah aku membantunya, perkenalan itu akan berakhir. Tapi aku salah, perkenalan itu berlanjut sampai sekarang karena kemarin aku memberinya nomer handphone ku. Dia selalu mengirimkan pesan basa-basi untukku. Aku sudah menebak kalau dia punya sebuah maksud lain dibalik semua pesan basa-basi tersebut. Akupun membalas semua pesan nya dengan basa-basi pula, bahkan sedikit mengarah kebasi. Setelah dua hari berbasa-basi dengannya, dia mulai melihatkan maksud dari itu semua.

Yup! Ada udang dibalik bakwan! Dia memintaku untuk mengenalkannya dengan sahabatku yang kemarin juga ditemuinya bersamaku disekolah. Pemanfaatan kedua pun terjadi. Jujur, sebenarnya kedua pemanfaatan itu tidaklah menjadi masalah bagiku, asal dia jujur dari awal dengan maksud dan tujuannya. Bukan malah menjadikanku sebagai boneka agar seorang anak mendekat dan bermain bersamanya. Pemanfaatannya yang kedua pun aku lakukan. Aku memberinya nomer handphone sahabatku tersebut. Dan mereka menjadi sangat dekat. Bahkan mereka sudah memiliki sesuatu yang harus dirahasiakan dariku. Bahkan sahabatku benar-benar mematuhinya. Padahal itu adalah kali pertama mereka berkomunikasi. Bukan, aku bukan cemburu dengan kedekatan mereka. Tapi aku merasa kedekatan mereka terjadi karena aku, tapi aku tak mendapatkan apapun.

Setelah Bayu mengenal sahabatku, tak ada lagi pesan darinya untukku. Tapi sahabatku itu lalu mengirimkan sebuah gambar yang berisikan foto Bayu dan namaku. Apa maksudnya? Apa Bayu menyukaiku? Tapi, kalau memang dia menyukaiku, lalu kenapa dia harus memintaku untuk mendekatkannya dengan sahabatku? Atau lagi-lagi perkiraanku benar? Dia hanya menjadikanku sebagai boneka agar anak itu mendekat? Atau lebih kasarnya dia menjadikanku sebuah tulang agar seekor anjing menjadi jinak kepadanya?

Tapi apa benar sepicik itukah fikirannya?

Ntahlah, aku tidak punya fikiran apapun tentangnya. Aku juga tak tau apa yang terjadi selanjutnya pada mereka. Apakah dia benar-benar menjadikanku sebagai teman. Ataukah menjadikanku sebagai alat yang bisa dimanfaatkan? Ntahlah. Yang jelas, sekarang aku tau kalau tak selamanya kebaikan akan berbuah kebaikan juga. Pasti akan ada sesuatu dibalik itu semua. Dan yang pasti, apapun yang terjadi, baik itu hanya sebuah pemanfaatan atau sebuah ketulusan, jangan pernah berubah untuk merubahnya. Tak semua perubahan akan berakhir sempurna. Cukup menjadi diri sendiri, dan kesempurnaan itu akan datang dengan sendirinya.

Minggu, 06 Juli 2014

Am I a Ghost?



Malam itu aku fikir besok akan menjadi hari yang paling menyenangkan buatku. Kenapa? Hari itu adalah hari dimana rumahku akan terasa ramai. Ada keluarga besarku dan pasangan dari semua kakak-kakakku. Ibuku memang mengadakan acara kecil-kecilan, hanya untuk sekedar bertemu dan makan  bersama. Aku senang ada acara dirumahku, walau sebenarnya aku kurang menyukai keramaian. Dalam benakku aku berfikir “ini akan menjadi hari yang paling menyenangkan bulan ini”. Yess! Oke, sebaiknya aku tidur dulu, biar nanti pagi tubuhku akan terasa segar, dan siap membantu Ibu menyiapkan makan malam.

Paginya, aku sudah mendapati rumahku sepi. Ah! Aku hampir lupa kalau pagi itu ibu harus ke pasar buat berbelanja, sedangkan kedua kakakku pergi ntah kemana. Untung saja, teman-teman disekitar rumahku sudah membuat janji kalau pagi itu kami akan bermain bersama. Tak lama akhirnya mereka tiba dirumahku. Kami pun main bersama sambil bersenda gurau. Tak terasa, hari sudah menjelang sore. Mereka pun pamit pulang. Dan baru kusadari, ibu dan yang lain sudah tiba dirumah sejak tadi. Ahh, mereka memang selalu bisa membuatku bahagia.

Kubantu ibu menyiapkan masakannya. Memotong sayur, mencuci beras dan piring, dan merapikan meja makan. Semua kulakukan dengan ikhlas. Karena yang ada di otakku hanyalah indahnya berkumpul bersama. ‘Hmm, nanti aku akan melakukan apa ya bersama mereka? Bercerita panjang lebar dan tertawa bersama’, fikirku. Semua fikiranku itu membuatku semakin semangat membantu ibu menyiapkan segala keperluan hari itu.

Akhirnya! Semua persiapan telah selesai. Mulai dari meja makan, semua makanan yang lezat, minuman yang segar, serta makanan pencuci mulut, semua sudah tertata rapih di meja makan.  Dan waktu yang tersisa pun masih cukup untuk membersihkan badan. Aku, ibu, bapak, dan kedua kakakku sudah selesai membersihkan diri kami masing-masing.

Waktu yang ku tunggu akhirnya tiba juga. Keluarga besar dan para pasangan dari kakak-kakakku sudah berangsur datang. Tapi... kenapa ini? Kenapa sepertinya yang lain pada asik sendiri dengan aktivitas masing-masing? Kenapa tak ada yang berusaha mengajakku berbicara bersama? Aha, aku tahu. Mereka pasti masih melepas rindu antara satu dengan yang lain. Baiklah akan ku biarkan dulu.
Malam semakin larut, acara utama akan segera dimulai. Tapi kenapa masih saja tidak ada yang mengajakku mengobrol bersama? Ah, mungkin mereka lapar, baiklah, akan ku tunggu sampai waktu makan berakhir. Tapi kenapa semuanya seperti tak melihatku? Mereka hanya menyapaku sesaat, lalu pergi lagi. Seakan-akan aku ini hanya sebuah pajangan yang tak dianggap penting sama sekali. Bahkan mungkin aku hanyalah sebuah barang tua yang tertutup sarang laba-laba.

Tapi kenapa? Kenapa aku selalu terabaikan. Atau memang sengaja diabaikan? Apa aku benar-benar tak terlihat lagi oleh mereka semua? Atau aku hanyalah sebuah hantu, yang tak dapat dilihat, tapi bisa melihat? Kalau aku memang hantu, tapi kenapa mereka masih bisa menyapaku?

Tak ingin terlalu memikirkan hal yang begitu menyakitkan bagiku, aku mulai mengetik sebuah pesan buat sahabat baikku disekolah. Hanya untuk sekedar basa-basi. Aku mulai bertanya dia sedang melakukan apa? Lalu tak lama dia menjawab, “Aku lagi dirumah bella, lagi kumpul dan makan malam dengan teman-teman yang lain”.

Bagaikan ada sebuah halilintar yang menyambarku. Aku terdiam. Ha? Apa maksud dari semua ini? Mereka mengadakan acara tanpa memberi tahuku? Kenapa? Padahal aku yakin kalau aku tidak pernah mengatakan kalau hari itu ibu akan mengadakan acara dirumah. Tapii... tapi kenapa mereka tidak mengundangku?! Apa ada yang salah denganku?

Apa aku hanya bermimpi? Ya, ini pasti hanya mimpi. Tapi, kalau ini memang sebuah mimpi, kenapa semua terasa begitu nyata? Seketika kucoba mencubit diriku sendiri. Aw! Sakit. Gak. Ini bukan mimpi. Ini memang terjadi. Benar-benar terjadi. Aku benar-benar merasa kecewa. Sekarang aku sadar, aku memang gak pernah dianggap ada oleh siapapun! Ya. Mereka memang melihatku. Tapi mereka tak menganggapku sedikitpun. Mereka hanya datang padaku saat mereka butuh. Dan setelah kebutuhan mereka terpenuhi, aku kembali dilupakan. Di tinggalkan. Dan tak pernah dianggap ada.

Sekarang aku menganggap diriku ini benar-benar sebuah hantu. Memang HANTU yang sama sekali tak terlihat!

Jumat, 04 Juli 2014

Is It Love? Who Knows.



HAPPY OUR 1ST ANNIVERSARY, ANNA.
SATU TAHUN BUKAN LAH WAKTU YANG SINGKAT BUAT KITA. AKU BAHAGIA TELAH MENGENAL SESOSOK BIDADARI NAN INAH YANG DI TURUNKAN TUHAN UNTUKKU. SATU TAHUN KITA TELAH MENJALIN HUBUNGAN YANG LEBIH DARI KATA TEMAN. AKU BAHAGIA KEBERSAMAAN KITA BISA BERJALAN SELAMA INI. AKU HARAP, KITA AKAN MENJADI KITA UNTUK WAKTU YANG LEBIH LAMA.
I LOVE YOU MY PRETTY ANGEL. I WILL ALWAYS LOVE YOU.

Pesan ini darinya. Dimas, kekasihku. Ya,hari ini memang hari yang seharusnya menjadi hari yang paling membahagiakan bagi pasangan remaja seusiaku. Orang-orang menyebutnya Anniversary. Hari ini tepat 1 tahun sudah kami menjadi penyemangat belajar satu sama lain.
Tapi, sampai saat ini, aku masih belum yakin dengan apa yang ada di hatiku. Terkadang aku merasa bahagia berada di dekatnya, dan bahkan tak jarang aku merasa bahwa dia bukan siapa siapa bagiku. Ya, perasaan itu hanya sebatas bahagia. Tidak lebih. Bahkan sering kurang dari itu. Aku bingung kenapa aku tidak pernah merasa “nyaman” seperti yang dikatakan temanku ketika mereka sedang berpacraran.
Nyaman? Apa itu? Aku belum pernah sekalipun merasa nyaman ketika berada didekatnya. Aku hanya merasa senang ketika berada didekatnya. Tapi... Ah, sudahlah. Memikirkan hal itu tengah malam seperti ini membuatku pusing.

HAPPY 1ST ANNIVERSARY TOO, DEAR
AMIN. SEMOGA SELAMANYA YA SAYANG, DAN AKU HARAP KAU SELALU DISAMPINGKU.
LOVE YOU TOO DEAR.

Huhh, apa sih yang ada di fikiranku. Kenapa aku selalu saja tidak yakin dengan perasaanku sendiri? Aku kembali termenung, hanya termenung. Mataku menatap langit malam yang cukup cerah, ada beberapa bintang yang berkelap-kelip disana. 

“Anna, kau masih bangun? Masuklah kekamar mu, cuci muka, lalu tidur. Ini sudah larut malam sayang”. Suara lembutnya menyadarkan lamunanku. Mama. Yap, ini sudah pukul 1 dini hari. Mama baru saja pulang dari kantornya. Sedangkan Papa, dia hanya pulang sebulan sekali karena ia ditempatkan di pulau seberang. Aku? Hanya bertemankan Bi Minah dan Pak Bagus dirumah. Aku saja sering berfikir kalau aku tak lagi punya keluarga. Aku memang anak tunggal, yang sering di tinggal sendiri demi alasan kerja. Bingung. Terkadang aku bingung, apa sih yang mereka kerjakan sampai larut begini? Ah, ntahlah, bukan urusanku.

---

“Bi, Mama mana?”
“Eh, non Anna. Ibuk sudah pergi dari tadi subuh non. Ayo non, sarapan dulu sambil Pak Bagus siapin mobil”. Segelas susu dan sebuah roti sudah tersaji di meja makan. Uhh! Lagi-lagi begini!
“Makasih deh bi, aku langsung berangkat aja. Dah, bi!”

---

“Hallo sayang. Kok cemberut sih? Senyum dong. Ini kan hari bahagia kita” sapa hangat Dimas
“Hai, iyadeeehhh. Nih senyuman ku buat mu” senyum lebar pun mengambang di bibirku
“ Nah gitu dongg. Eh, aku punya sesuatu nih buat kamu. Taraaaaa!” seketika mataku melebar. Sebuah boneka beruang yang aku inginkan sekarang berada di tanganku. Tapii, kenapa aku tidak sebahagia biasanya? Ah sudahlah, nikmati saja hari ini dulu.

Sebenarnya ada apa sih denganku. Kenapa perasaanku padanya mudah saja berubah? Padahal aku bukan termasuk orang yang moodnya mudah berubah. Tapi, kenapa aku tidak pernah merasakan yang dinamakan cinta? Kalau memang aku tidak mencintainya, lalu kenapa tepat setahun yang lalu aku menerima perasaannya? Kenapa dengan mudahnya aku bisa menjadi kekasihnya, padahal aku tidak memiliki perasaan apapun terhadapnya?

Oh tuhan! Kenapa ini bisa terjadi sama aku?! Apa jangan jangan aku memang tidak mencintainya? Apa jangan-jangan aku hanya menjadikannya sebagai pelampiasan kesepian ku? Apa aku menerima cintanya hanya karena aku merasa kesepian? Tidak! Ini seharusnya tidak terjadi! Aku jahat! Aku telah memainkan perasaan orang yang benar-benar tulus mencintaiku. Tapi aku? Aku hanya menjadikannya alat. Apa yang harus aku lakukan sekarang?

---

“Hey! Anna. Kamu kenapa? Ada yang salah?” hanya gelenganku yang bisa menjawab pertanyaan Vina. Sahabat baikku.
“Ayolah anna, cerita saja padaku, apa yang sebenarnya terjadi? Apa ada masalah dengan Dimas?” lagi-lagi aku hanya menggeleng
“Apa kamu putus dengan dia?” kini Vina semakin penasaran denganku
“Ah! Udahlah Vin, ini bukan urusanmu. Dan tidak semua hal yang aku alami bisa aku ceritakan padamu!” tanpa sadar aku berdiri dan meninggalkan Vina yang bingung dengan tingkahku.
Apa yang aku lakukan? Aku baru saja membentak sahabat baikku. Sahabat yang selalu ada di dekatku. Sahabat yang selalu mengerti aku. Kenapa aku ini? Aku menjadi egois dan tidak terkendali! Tidak! Kalau begini terus akan lebih banyak hati yang akan aku sakiti. Aku harus menyelesaikan semua permasalahan ini. Dari akarnya. Ya, akar permasalahan ini adalah hubunganku dengan Dimas. Aku harus jujur dengan Dimas. Aku harus bentemu dengannya.

Janjian bertemu dengan Dimas di salah satu cafe favorite kami untuk membicarakan hal ini –yang sesungguhnya adalah kesalahanku, memang cukup berat. Aku tak sampai hati sebenarnya untuk menyakitinya lagi. Cukup sudah aku aku membohongi diriku sendiri. Cukup sudah aku menghianati perasaannya. Aku tak mau menyakitinya lebih dalam lagi. Aku tak sanggup.

“Hallo sayang”
“Hai...”
“Ada apa nih? Kok tumben kamu yang ngajak ketemuan?” tanyanya penasaran
“Hmm, Mass...” belum sempat ku katakan niat jujurku, dia sudah memotong pembicaraanku.
“Eitss, tunggu dulu, biar aku tebak. Kamu rindu kan sama aku? Hayooo. Aduh anna, kalau kamu rindu sama aku, ngapain kita harus ketemuan disini? Kenapa gak kamu telfon aku, biar kita ketemuan dirumah kamu aja?”
“Hmm, Mass. Sebenarnyaa, aku ingin bertanya jujur padamu.”
“Apa itu sayang?”
“Hmm.. tidak kah kamu merasakan sesuatu yang janggal pada hubungan kita?”
“Ha? Maksud kamu apa?”
“Hmm.. maaf Mas.. maaafff banget. Bukannya aku bermaksud untuk melakukan ini. Tapi jujur, sejak awal aku menerima kamu menjadi pacar aku, aku mulai bingung dengan perasaan aku sendiri. Aku merasa kalau, aku tidak benar-benar memiliki perasaan yang sama dengan mu.”
“Ha? Maksudmu?”
“Aku gak mau berpura-pura lagi dengan perasaan ini. Akhir-akhir ini aku sadar dengan perasaanku. Aku merasa kalau aku sebenarnya memang tidak mencintaimu. Aku merasa kalau aku hanya menjadikanmu sebagai alat agar aku tidak merasa sendiri. Aku sayang sama kamu, tapi aku gak berhak menjadikan kamu alat biar aku tidak merasa sendiri. Aku harap kamu mengerti maksud ku.”
“Ha? Ta.. tapi na, aku mencintaimu tulus. Tulus dari dasar lubuk hatiku. Aku gak perduli kamu hanya menjadikan ku sebagai alat. Aku gak perduli, na. Aku percaya kalau perasaan seseorang dapat berubah. Dan aku akan berusaha buat bikin kamu memliki persaan yang sama terhadap ku. Aku janji na.”
“Tapi, Mass. Aku gak sanggup buat nyakitin kamu lebih dari ini. Cukup sudah setahun buak ku sadar akan perasaan ku yang sesungguhnya Mass. Aku.. aku mau kita selesai disini Mass. Aku gak mau kamu terkang sama aku yang gak bisa membalas perasaanmu dengan tulus. Aku yakin banyak orang diluar sana yang bisa menyayangimu lebih dari aku. Aku merasa gak pantas untuk memiliki orang sebaik dan sesempurna kamu”.
Tak terasa air mataku jatuh dengan sendirinya. Ntah air mata apa itu. Mungkin aku sedih harus melepas seseorang yang aku miliki, tapi ini untuk kebaikannya dan orang banyak.
“Maafin aku Mass... . maafin aku yang selama ini jahat sama kamu. Aku harap kamu bisa mengerti perasaanku. Aku sayang kamu Mass. Sangat amat menyayangimu. Maafin aku”
“Kalau itu memang keputusanmu, aku hargai itu na. Tapi aku harap ini bukanlah akhir dari pertemanan kita. Tapi aku harap ini adalah awal pertemanan kita yang baru dan yang lebih baik.”
“Terimaksih, Mass.”

---

Menjalin hubungan yang lebih erat dengan lawan jenis bisa saja menjadi cinta. Tapi sebuah cinta yang tidak dilandasi dengan cinta yang tulus, apa bisa menjadi cinta yang murni. Hubungan itu adalah sebuah ikatan yang menyatukan dua insan yang memiliki perasaan yang sama kuatnya. Namun jika hanya satu pihak yang memberikan rasa cinta, apakah hubungan tetap bisa terjalin? Ntahlah, mungkin hanya waktu yang dapat menjawab.

Ditulis untuk #WhatIfLove by @aMrazing.