Apapun
yang terjadi dalam hidup, pastilah memiliki sebuah alasan. Baik alasan itu
positif maupun negatif. Seperti yang orang-orang bilang. Everything happens for a reason. Termasuk juga dengan sebuah
perkenalan. Kata siapa sebuah perkenalan tidak memiliki alasan? Ada saja maksud
terselubung dibalik sebuah perkenalan. Ntah itu membuat kita menjadi lebih
baik, atau hanya menjadikan kita sebagai alat pemanfaatan?
Hal itulah
yang sebenarnya membuatku kurang menyukai perkenalan. Selama hidupku, aku sudah
mengalami beribu kali perkenalan. Baik di dunia nyata maupun dunia maya. Tapi
hanya sebagian yang memang murni menjadikanku sebagai teman mereka. Sebagian
lainnya? Aku merasa bahwa sebagian lain
dari orang yang mengenalku hanya menganggapku sebagai orang yang bisa
dimanfaatkan. Baik itu fisik, fikiran, ataupun keuangan. Bukan. Aku bukan
bermaksud untuk menggambarkan kalau aku adalah orang yang sempurna, yang pintar
ataupun kaya. Aku sama seperti orang biasa lainnya. Tapi entah kenapa, rasanya
hampir separuh dari orang yang ku kenal memanfaatkan kehadiranku.
Contohnya
temanku disekolah. Aku memiliki teman disekolah karena sebuah perkenalan.
Setelah kami saling kenal dan merasa sudah kenal. Hal yang kurasa sebagai
pemanfaatan mulai terasa. Misalnya ketika ada tugas, mereka sering memintaku
untuk membuatkan pr, atau bahkan mengkopi tugas rumahku. Mereka memanfaatkanku
untuk mengamankan nilai mereka. Tapi ketika sedang senang-senang? Huh, jangan
pernah berharap kalau aku akan diingat.
Baru-baru
ini aku juga merasakan pemanfaatan tersebut. Semua berawal dari perkenalan
mendadakku dengan Bayu. Seorang mahasiswa dari Universitas Negeri di Ibukota. Perkenalan
itu terjadi ketika dia melakukan sebuah kegiatan di sekolahku – yang juga
merupakan sekolahnya 3 tahun lalu. Sepulang sekolah, Bayu mencegatku dan
seorang sahabatku yang menuju parkiran sekolah. Pada saat pertama kali bertemu,
dia sudah menjalankan aksi pemanfaatan tersebut kepadaku. Dia memintaku untuk
membantunya melakukan kegiatan yang akan dilakukannya. Entah kenapa harus aku
yang melakukan hal itu. Tapi berhubung dia adalah alumni sekolahku, jadi demi
menghormatinya akupun membantunya. Satu pemanfaatan telah terjadi.
Aku
fikir, setelah aku membantunya, perkenalan itu akan berakhir. Tapi aku salah,
perkenalan itu berlanjut sampai sekarang karena kemarin aku memberinya nomer
handphone ku. Dia selalu mengirimkan pesan basa-basi untukku. Aku sudah menebak
kalau dia punya sebuah maksud lain dibalik semua pesan basa-basi tersebut. Akupun
membalas semua pesan nya dengan basa-basi pula, bahkan sedikit mengarah kebasi.
Setelah dua hari berbasa-basi dengannya, dia mulai melihatkan maksud dari itu
semua.
Yup!
Ada udang dibalik bakwan! Dia memintaku untuk mengenalkannya dengan sahabatku
yang kemarin juga ditemuinya bersamaku disekolah. Pemanfaatan kedua pun
terjadi. Jujur, sebenarnya kedua pemanfaatan itu tidaklah menjadi masalah
bagiku, asal dia jujur dari awal dengan maksud dan tujuannya. Bukan malah
menjadikanku sebagai boneka agar seorang anak mendekat dan bermain bersamanya.
Pemanfaatannya yang kedua pun aku lakukan. Aku memberinya nomer handphone
sahabatku tersebut. Dan mereka menjadi sangat dekat. Bahkan mereka sudah
memiliki sesuatu yang harus dirahasiakan dariku. Bahkan sahabatku benar-benar
mematuhinya. Padahal itu adalah kali pertama mereka berkomunikasi. Bukan, aku
bukan cemburu dengan kedekatan mereka. Tapi aku merasa kedekatan mereka terjadi
karena aku, tapi aku tak mendapatkan apapun.
Setelah
Bayu mengenal sahabatku, tak ada lagi pesan darinya untukku. Tapi sahabatku itu
lalu mengirimkan sebuah gambar yang berisikan foto Bayu dan namaku. Apa
maksudnya? Apa Bayu menyukaiku? Tapi, kalau memang dia menyukaiku, lalu kenapa
dia harus memintaku untuk mendekatkannya dengan sahabatku? Atau lagi-lagi
perkiraanku benar? Dia hanya menjadikanku sebagai boneka agar anak itu
mendekat? Atau lebih kasarnya dia menjadikanku sebuah tulang agar seekor anjing
menjadi jinak kepadanya?
Tapi
apa benar sepicik itukah fikirannya?
Ntahlah,
aku tidak punya fikiran apapun tentangnya. Aku juga tak tau apa yang terjadi
selanjutnya pada mereka. Apakah dia benar-benar menjadikanku sebagai teman.
Ataukah menjadikanku sebagai alat yang bisa dimanfaatkan? Ntahlah. Yang jelas,
sekarang aku tau kalau tak selamanya kebaikan akan berbuah kebaikan juga. Pasti
akan ada sesuatu dibalik itu semua. Dan yang pasti, apapun yang terjadi, baik
itu hanya sebuah pemanfaatan atau sebuah ketulusan, jangan pernah berubah untuk
merubahnya. Tak semua perubahan akan berakhir sempurna. Cukup menjadi diri
sendiri, dan kesempurnaan itu akan datang dengan sendirinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar