Senin, 21 Juli 2014

Perkenalan atau Pemanfaatan



Apapun yang terjadi dalam hidup, pastilah memiliki sebuah alasan. Baik alasan itu positif maupun negatif. Seperti yang orang-orang bilang. Everything happens for a reason. Termasuk juga dengan sebuah perkenalan. Kata siapa sebuah perkenalan tidak memiliki alasan? Ada saja maksud terselubung dibalik sebuah perkenalan. Ntah itu membuat kita menjadi lebih baik, atau hanya menjadikan kita sebagai alat pemanfaatan?

Hal itulah yang sebenarnya membuatku kurang menyukai perkenalan. Selama hidupku, aku sudah mengalami beribu kali perkenalan. Baik di dunia nyata maupun dunia maya. Tapi hanya sebagian yang memang murni menjadikanku sebagai teman mereka. Sebagian lainnya?  Aku merasa bahwa sebagian lain dari orang yang mengenalku hanya menganggapku sebagai orang yang bisa dimanfaatkan. Baik itu fisik, fikiran, ataupun keuangan. Bukan. Aku bukan bermaksud untuk menggambarkan kalau aku adalah orang yang sempurna, yang pintar ataupun kaya. Aku sama seperti orang biasa lainnya. Tapi entah kenapa, rasanya hampir separuh dari orang yang ku kenal memanfaatkan kehadiranku.

Contohnya temanku disekolah. Aku memiliki teman disekolah karena sebuah perkenalan. Setelah kami saling kenal dan merasa sudah kenal. Hal yang kurasa sebagai pemanfaatan mulai terasa. Misalnya ketika ada tugas, mereka sering memintaku untuk membuatkan pr, atau bahkan mengkopi tugas rumahku. Mereka memanfaatkanku untuk mengamankan nilai mereka. Tapi ketika sedang senang-senang? Huh, jangan pernah berharap kalau aku akan diingat.

Baru-baru ini aku juga merasakan pemanfaatan tersebut. Semua berawal dari perkenalan mendadakku dengan Bayu. Seorang mahasiswa dari Universitas Negeri di Ibukota. Perkenalan itu terjadi ketika dia melakukan sebuah kegiatan di sekolahku – yang juga merupakan sekolahnya 3 tahun lalu. Sepulang sekolah, Bayu mencegatku dan seorang sahabatku yang menuju parkiran sekolah. Pada saat pertama kali bertemu, dia sudah menjalankan aksi pemanfaatan tersebut kepadaku. Dia memintaku untuk membantunya melakukan kegiatan yang akan dilakukannya. Entah kenapa harus aku yang melakukan hal itu. Tapi berhubung dia adalah alumni sekolahku, jadi demi menghormatinya akupun membantunya. Satu pemanfaatan telah terjadi.

Aku fikir, setelah aku membantunya, perkenalan itu akan berakhir. Tapi aku salah, perkenalan itu berlanjut sampai sekarang karena kemarin aku memberinya nomer handphone ku. Dia selalu mengirimkan pesan basa-basi untukku. Aku sudah menebak kalau dia punya sebuah maksud lain dibalik semua pesan basa-basi tersebut. Akupun membalas semua pesan nya dengan basa-basi pula, bahkan sedikit mengarah kebasi. Setelah dua hari berbasa-basi dengannya, dia mulai melihatkan maksud dari itu semua.

Yup! Ada udang dibalik bakwan! Dia memintaku untuk mengenalkannya dengan sahabatku yang kemarin juga ditemuinya bersamaku disekolah. Pemanfaatan kedua pun terjadi. Jujur, sebenarnya kedua pemanfaatan itu tidaklah menjadi masalah bagiku, asal dia jujur dari awal dengan maksud dan tujuannya. Bukan malah menjadikanku sebagai boneka agar seorang anak mendekat dan bermain bersamanya. Pemanfaatannya yang kedua pun aku lakukan. Aku memberinya nomer handphone sahabatku tersebut. Dan mereka menjadi sangat dekat. Bahkan mereka sudah memiliki sesuatu yang harus dirahasiakan dariku. Bahkan sahabatku benar-benar mematuhinya. Padahal itu adalah kali pertama mereka berkomunikasi. Bukan, aku bukan cemburu dengan kedekatan mereka. Tapi aku merasa kedekatan mereka terjadi karena aku, tapi aku tak mendapatkan apapun.

Setelah Bayu mengenal sahabatku, tak ada lagi pesan darinya untukku. Tapi sahabatku itu lalu mengirimkan sebuah gambar yang berisikan foto Bayu dan namaku. Apa maksudnya? Apa Bayu menyukaiku? Tapi, kalau memang dia menyukaiku, lalu kenapa dia harus memintaku untuk mendekatkannya dengan sahabatku? Atau lagi-lagi perkiraanku benar? Dia hanya menjadikanku sebagai boneka agar anak itu mendekat? Atau lebih kasarnya dia menjadikanku sebuah tulang agar seekor anjing menjadi jinak kepadanya?

Tapi apa benar sepicik itukah fikirannya?

Ntahlah, aku tidak punya fikiran apapun tentangnya. Aku juga tak tau apa yang terjadi selanjutnya pada mereka. Apakah dia benar-benar menjadikanku sebagai teman. Ataukah menjadikanku sebagai alat yang bisa dimanfaatkan? Ntahlah. Yang jelas, sekarang aku tau kalau tak selamanya kebaikan akan berbuah kebaikan juga. Pasti akan ada sesuatu dibalik itu semua. Dan yang pasti, apapun yang terjadi, baik itu hanya sebuah pemanfaatan atau sebuah ketulusan, jangan pernah berubah untuk merubahnya. Tak semua perubahan akan berakhir sempurna. Cukup menjadi diri sendiri, dan kesempurnaan itu akan datang dengan sendirinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar